Jakarta - Tentunya, banyak pendapat yang mendefinisikan tentang arti kemiskinan. Kami membatasinya, pada pemahaman yang lebih umum, dan sedikit berbeda maknanya dari biasanya. Bahwa, kemiskinan adalah ketidakmampuan manusia terhadap kebutuhan utamanya, secara lahiriah dan bathiniah, dalam kepentingan kehidupannya.
Pemahaman kami, kebutuhan utama terhadap kepentingan kehidupan manusia, tidak saja berkaitan dengan kebutuhan lahiriah, yakni secara materi. Tapi, jauh lebih mendasar terhadap kebutuhan utama manusia 'tentunya berkaitan dengan kebutuhan bathiniah alias ketenangan hati, sehingga sering juga diistilahkan dengan miskin hati. Dua kebutuhan utama itu, memiliki peranan yang sangat penting pada kepentingan kehidupan manusia.
Setiap manusia, diniscayakan untuk kemudian 'senantiasa menjalani kehidupannya, apapun kondisi dan masalah yang diperhadapkan kepadanya. Demikian, tentunya merupakan nilai kehidupan yang harus dipahami secara baik oleh semua manusia, sehingga kemudian setiap manusia tidak terjebak dalam kondisi kehidupan yang senantiasa dinamis.
Kemiskinan, sejatinya merupakan suatu kondisi yang dialami oleh manusia yang rata-rata kurang sadar 'bahkan tidak memahami tentang nilai-nilai kehidupan secara baik dan substansial. Sehingga kemudian, berdampak pada keputusasaan alias pesimistis 'setiap manusia dalam menjalani kepentingan kehidupan dunianya.
Dinamisasi kehidupan dunia, merupakan suatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari oleh semua makhluk hidup di dunia. Karena, suka ataupun tidak suka, seluruh makhluk hidup diwajibkan untuk selalu menghadapi apapun tantangannya masing-masing dalam kehidupan dunia. Pertanyaannya kemudian, terkhususnya sebagai manusia 'seperti apa dan sejauh mana kesiapan kita terhadap dinamika kehidupan dunia.
Menurut kami, sederhananya adalah setiap manusia harus mampu mengenali dirinya sebagai manusia, yang notabenenya 'bahwa setiap manusia telah diberikan kemampuan dan kelemahan oleh penciptanya, yakni Allah swt.
Apabila, manusia tidak mengenali dirinya secara baik. Sejatinya, manusia yang demikian, dalam semua perbuatannya 'tidak memiliki nilai kemanusiaan terhadap semua keniscayaannya, atas semua takdir yang telah ditetapkan oleh penciptanya. Maka 'menurut kami; kemiskinan akan senantiasa dialami oleh siapapun manusia yang apatisme alias lalai terhadap pengenalan dirinya sebagai manusia.
Artinya, apatisme terhadap nilai kemanusiaan, akan berdampak pada kemiskinan yang kami maksudkan sebagaimana diatas. Karenanya, kemiskinan itu 'tidak saja dialami oleh manusia yang digolongkan sebagai masyarakat kelas bawah akibat kekurangan harta, juga pasti dialami oleh manusia yang digolongkan sebagai manusia kelas menengah dan manusia kelas atas 'akibat tidak tenang hatinya alias miskin hati, walaupun memiliki harta yang berkecukupan dan bahkan berlebihan harta.
Ikhtiar Manusia
Ikhtiar memiliki makna, yakni 'suatu usaha yang sungguh-sungguh dan bersandar serta bergantung hanya pada keridhoan sang pencipta seluruh makhluk hidup di dunia, yakni Allah swt. Artinya, ikhtiar sejatinya memiliki makna yang sangat luas, bila dibandingkan dengan definisi usaha dalam pandangan manusia.
Karenanya, dalam memahami dinamisasi kehidupan dunia, maka manusia tidak boleh terlepas dari pemahaman ikhtiarnya manusia. Bahwasanya, setiap manusia harus senantiasa berikhtiar, guna kemudian setiap manusia 'mampu memastikan dirinya terbebas dari kebelengguan kemiskinan yang setiap saat akan menghampiri serta menyelimuti siapa saja manusia yang tidak mau berikhtiar.
Baca juga:
Gamawan Fauzi: Semua Ada Akhirnya
|
Dengan demikian, nilai kemiskinan 'tidak saja dipahami secara sepihak berdasarkan nilai materi, dan atas usaha manusia untuk kemudian hanya untuk mendapatkan harta dalam suatu kepentingan kehidupan tertentu. Sehingga kemudian, sering mempengaruhi lemahnya nilai silaturahmi sesama manusia, akibat dari persaingan guna mendapatkan harta. Sejatinya, kebutuhan utama secara bathiniah atau kekuatan hati 'memiliki nilai tertinggi terhadap memastikan setiap manusia terbebas dari nilai kemiskinan, yakni miskin hati.
Kemiskinan, baik lahiriah dan bathiniah akan selalu hadir, dan senantiasa menyelimuti setiap manusia, karena lebih diakibatkan pada tidak ikhtiarnya manusia dalam kepentingan kehidupan dunianya. Bahwa, setiap manusia diwajibkan untuk senantiasa berikhtiar, guna kemudian mengenali dirinya dengan sebaik-baiknya. Mengenali setiap kelebihan dan semua kelemahannya, atas penganugrahan kasih sayangnya Allah 'terhadap semua makhluk ciptaannya. Semoga kita semua senantiasa mendapatkan perlindungannya Allah, 'dalam menghadapi semua kepentingan kehidupan dunia.
(Jakarta 23 Juni 2024)
- Saiful Chaniago Waketum DPP KNPI -